TIMES BOJONEGORO, JAKARTA – Dramatari Kala Kalam Munyeng yang dibawakan empat sanggar tari dari Kota Batu memukau penonton yang memenuhi anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Minggu (27/7/2025).
Dramatari yang menggambarkan impian warga Kota Batu terhadap kehadiran sosok pemimpian yang ideal bisa menghanyutkan imajinasi penonton ke dalam cerita drama tari yang berdurasi kurang lebih satu jam ini.
“Sang prabu kala munyeng dan para patihnya hidup berdampingan dengan penuh sukacita dan kedamaian, saling bahu membahu gotong royong untuk menjaga keseimbangan alam. Kehidupan yang penuh kedamaian semakin lama semakin hilang karena nafsu saling menguasai saling menyalahkan dan saling ingin menang sendiri,” bunyi narasi mengawali tarian.
Para duta seni Kota Batu pun mulai membawa para penonton menyelami cerita dalam drama tari. Tarian ini dibawakan oleh 39 penari dari empat Sanggar di Kota Batu,yakni Sanggar Banyu Kendi, Sanggar Kendedes, Sanggar Sinuba dan Sanggar Anggoro Laras.
“Dramatari ludrukan ini berjudul Kala Kalam Munyeng (Curiga Manjing Warangka Wahyu Mayang Sari), dramatari ini mengisahkan salah satunya tentang asal usul Kota Batu, dimana disitu ada Prabu Kolo Munyeng, ada Ratu Celeng Srenggi, sebagai ratunya juga ada Dewi Mayangsari,” ujar sang sutradara, Isa Affandi.
Isa,panggilan akrab Founder Sanggar Kendedes ini bersyukur penampilan mereka lancar dan bisa menghibur penonton. “Mereka semua yang menonton juga kagum,bangga bahkan masyarakat yang berdomisili di Jakarta menonton semua, semoga bisa mengharumkan nama Kota Batu di kancah nasional. Ini kebanggaan bagi kami,” ujar Isa.
Isa menjelskan bahwa dramatari ini menggambarkan cita-cita ideal tentang hubungan pemimpin dengan rakyatnya di Kota Batu. Di mana pemimpin memahami aspirasi rakyat dan mau menyantuni mereka dengan baik, sehingga rakyat bersedia mengabdikan diri dengan ikhlas kepada sang pemimpin.
Hakikatnya, pemimpin memang harus menjaga, mengayomi, menata dan menghidupkan semangat rakyat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Sebaliknya, rakyat pun harus bersedia "mengabdikan dirinya kepada pemimpin", dengan cara melaksanakan segala kebijakannya sehingga terjadi keharmonisan dalam tata kehidupan di masyarakat.
Semua itu ditampilkan dalam Gelar Seni Budaya Promosi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dilaksanakanBadan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan Pemkot Batu di Anjungan Jawa Timur TMII.
Dalam kegiatan tersebut, empat sanggar ini juga menampilkan beberapa tarian, antara lain Tari Kuto Kembang dan Tari Remo. Kepala Anjungan Jawa Timur di TMII Jakarta, Sujono mengacungkan jempol atas penampilan duta seni Kota Batu.
“Terima kasih sudah mengirimkan duta seninya, penampilannya luar biasa, semoga bisa menginspirasi dan mendorong warga Indonesia untuk berkunjung ke Jawa Timur dan ke Kota Batu,” ujar Sujono.
Dalam kesempatan itu Sujono juga menyerahkan plakat sebagai tanda penghargaan kepada Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto dan dibalas Onny dengan menyerahkan sepasang baju Adat Kota Batu kepada Sujono.
“Kota Batu sangat berterima kasih, sangat bangga bisa hadir di TMII, kami membawa duta seni Kota Batu akan tampil disini kurang lebih 1 jam. Kami juga memperkenalkan produk UMKM dan Kreatif juga objek wisata di kota kita,” ujar Onny.
Kepala Dinas Pariwisata mempromosikan bahwa di Kota Batu banyak destinasi alam dan buatan. Juga kaya dengan potensi seni dan budaya. Dimana secara rutin Dinas Pariwisata Kota Batu secara rutin selalu menggelar pagelaran seni di Amphiteater Sendratari Arjuna Wiwaha.
“Lewat pengiriman duta wisata ini kami ingin mengenalkan seni budaya kita, sekaligus memberikan pemahaman dan apresiasi kami kepada pelaku wisata di Kota Batu, semoga kegiatan seperti ini bisa terus berlangsung setiap tahunnya,” ujarnya.
Pagelaran Seni Budaya ini juga dihadiri oleh Division Head Regional Pavilion TMII Zona II, Rianti Madar, Wali Santri Gontor, dan Komunitas warga Batu se Jabodetabek. (d)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kala Kalam Munyeng Kota Batu Memukau Penonton di TMII Jakarta
Pewarta | : Muhammad Dhani Rahman |
Editor | : Ronny Wicaksono |